Sabtu, 21 Februari 2009

Anti virus anak bangsa

kita tahu bahwa virus lokal banyak beredar, tetapi anda tak perlu khawatir dan anda bisa download pada link ini :
untuk anti virus Smadav 2010
atau
untuk mencoba anti virus PCMAV All version

NUPTK Kab. Jembrana

Bagi anda para guru yang berada di lingkungan Kabupaten Jembrana - Bali yang kesulitan dalam mencari NUPTK jangan berkecil hati, anda bisa download dari link ini : http://www.divshare.com/download/6610057-468

Rabu, 16 Juli 2008

Kenali AIDS

ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME

Oleh : dr. Adi Sasongko, MA
(Yayasan Kusuma Buana, Jakarta)


  • PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI DUNIA :

Kasus pertama ditemukan di San Fransisco pada seorang gay tahun 1981.

Menurut UNAIDS(Badan PBB untuk penanggulangan AIDS) s/d akhir 1995, jumlah orang yang terinfeksi HIV (Human Immuno-deficiency Virus) di dunia telah mencapai 28 juta dimana 2,4 juta diantaranya adalah kasus bayi dan anak. Setiap hari terjadi infeksi baru sebanyak 8500 orang, sekitar 1000 diantaranya bayi dan anak.

Sejumlah 5,8 juta orang telah meninggal akibat AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak. -AIDS telah menjadi penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Afrika Sub-sahara dan Thailand. Di Zambia, epidemi AIDS telah menurunkan usia harapan hidup dari 66 tahun menjadi 33 tahun, di Zimbabwe akan menurun dari 70 tahun menjadi 4o tahun dan di Uganda akan turun dari 59 tahun menjadi 31 tahun pada tahun 2010.

  • POLA PENULARAN VIRUS AIDS :

Virus AIDS ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain juga bisa ditemukan (seperti misalnya cairan ASI) tetapi jumlahnya sangat sedikit.

Sejumlah 75-85% penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10% diantaranya melalui hubungan homoseksual), 5-10% akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik), 3-5% melalui transfusi darah yang tercemar.

Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok usia produktif (15-49 tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung meningkat.

Infeksi pada bayi dan anak, 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV. Sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV, melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan, selama proses persalinan dan melalui pemberian ASI. Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, risiko penularan dapat dikurangi menjadi hanya 8%.

  • SIAPA YANG RAWAN TERHADAP VIRUS AIDS ? :

Infeksi virus AIDS terutama disebabkan oleh perilaku seksual berganti-ganti pasangan. Oleh karena itu yang paling berisiko untuk tertular AIDS adalah siapa saja yang mempunyai perilaku tersebut. Harus diingat bahwa perilaku seperti ini bukan hanya dimiliki oleh kelompok pekerja seks tetapi juga oleh kelompok lain seperti misalnya remaja, mahasiswa, eksekutif muda dsb. Jadi yang menjadi masalah disini bukan pada "kelompok" mana tetapi pada "perilaku" yang berganti-ganti pasangan.

  • PERJALANAN INFEKSI HIV/AIDS :

Pada saat seseorang terkena infeksi virus AIDS maka diperlukan waktu 5-10 tahun untuk sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS. Setelah virus masuk kedalam tubuh manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini disebut sebagai periode jendela. Sebelum masuk pada tahap AIDS, orang tersebut dinamai HIV positif karena dalam darahnya terdapat HIV. Pada tahap HIV+ ini maka keadaan fisik ybs tidak mempunyai kelainan khas ataupun keluhan apapun, dan bahkan bisa tetap bekerja seperti biasa. Dari segi penularan, maka dalam kondisi ini ybs sudah aktif menularkan virusnya ke orang lain jika dia mengadakan hubungan seks atau menjadi donor darah.

Sejak masuknya virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan menggerogoti sel darah putih (yang berperan dalam sistim kekebalan tubuh) dan setelah 5-10 tahun maka kekebalan tubuh akan hancur dan penderita masuk dalam tahap AIDS dimana terjadi berbagai infeksi seperti misalnya infeksi jamur, virus-virus lain, kanker dsb. Penderita akan meninggal dalam waktu 1-2 tahun kemudian karena infeksi tersebut.

Di negara industri, seorang dewasa yang terinfeksi HIV akan menjadi AIDS dalam kurun waktu 12 tahun, sedangkan di negara berkembang kurun waktunya lebih pendek yaitu 7 tahun.

Setelah menjadi AIDS, survival rate di negara industri telah bisa diperpanjang menjadi 3 tahun, sedangkan di negara berkembang masih kurang dari 1 tahun. Survival rate ini berhubungan erat dengan penggunaan obat antiretroviral, pengobatan terhadap infeksi oportunistik dan kwalitas pelayanan yang lebih baik.

Pola infeksi secara global, sekitar 90% kasus HIV/AIDS ada di negara berkembang.
Saat ini penyebarannya adalah :

    • Afrika Sub-sahara : 14 juta
    • Asia Selatan-Tenggara : 4,8 juta
    • Asia Timur-Pasifik : 35.000
    • Timur Tengah : 200.000
    • Karibia : 270.000
    • Amerika Latin : 1,3 juta
    • Eropa Timur - Asia Tengah : 30.000
    • Australia : 13.000
    • Eropa Barat : 470.000
    • Amerika Utara : 780.000

Dengan globalisasi, pergerakan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, episentrum infeksi HIV/AIDS saat ini bergeser ke Asia.

  • PENCEGAHAN AIDS :

Pada prinsipnya, pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah penularan virus AIDS. Karena penularan AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual maka penularan AIDS bisa dicegah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual. Pencegahan lain adalah melalui pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan penggunaan jarum suntik yang diulang, pengidap virus tidak boleh menjadi donor darah.

Secara ringkas, pencegahan dapat dilakukan dengan formula A-B-C. A adalah abstinensia, artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. B adalah be faithful, artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja. C adalah condom, artinya jika memang cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka harus digunakan alat pencegahan dengan menggunakan kondom.

  • PREDIKSI YANG AKAN DATANG :

Tahun 2000, diperkirakan jumlah kasus HIV/AIDS akan meningkat menjadi 30-40 juta orang dan pertambahan kasus baru terbanyak akan ditemukan di Asia Selatan dan Tenggara.

Di negara industri telah terlihat penurunan jumlah kasus baru (insidens) per tahun. Di Amerika Serikat, telah turun dari 100.000 kasus baru/tahun menjadi 40.000 kasus baru/tahun. Pola serupa juga terlihat di Eropa Utara, Australia dan Selandia Baru.

Penurunan kasus baru berkait dengan tingkat pemakaian kondom, berkurangnya jumlah pasangan seks dan memasyarakatnya pendidikan seks untuk remaja.

Penurunan infeksi HIV juga terjadi sebagai dampak membaiknya diagnosa dini dan pengobatan yang adekwat untuk penyakit menular seksual (PMS). Di Tanzania, daerah yang pelayanan PMSnya berjalan baik mempunyai insidens HIV yang 40% lebih rendah. Penelitian di Pantai Gading, Afrika memperlihatkan bahwa pengobatan PMS juga mengurangi viral load sehingga mengurangi infectivity.

  • TAHAPAN PANDEMI AIDS :

Pada awalnya dimulai dengan penularan pada kelompok homoseksual (gay). Karena diantara kelompok homoseksual juga ada yang biseksual, maka infeksi melebar ke kelompok heteroseksual yang sering berganti-ganti pasangan.

Pada tahap kedua, infeksi mulai meluas pada kelompok pelacur dan pelanggannya.

Pada tahap ketiga, berkembang penularan pada isteri dari pelanggan pelacur.

Pada tahap ke empat mulai meningkat penularan pada bayi dan anak dari ibu yang mengidap HIV.

  • KERENTANAN WANITA PADA INFEKSI HIV :

Wanita lebih rentan terhadap penularan HIV akibat faktor anatomis-biologis dan faktor sosiologis-gender.

Kondisi anatomis-biologis wanita menyebabkan struktur panggul wanita dalam posisi "menampung", dan alat reproduksi wanita sifatnya "masuk kedalam" dibandingkan pria yang sifatnya "menonjol keluar". Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi infeksi khronik tanpa diketahui oleh ybs. Adanya infeksi khronik akan memudahkan masuknya virus HIV.

Mukosa (lapisan dalam) alat reproduksi wanita juga sangat halus dan mudah mengalami perlukaan pada proses hubungan seksual. Perlukaan ini juga memudahkan terjadinya infeksi virus HIV.

Faktor sosiologis-gender berkaitan dengan rendahnya status sosial wanita (pendidikan, ekonomi, ketrampilan). Akibatnya kaum wanita dalam keadaan rawan yang menyebabkan terjadinya pelcehan dan penggunaan kekerasan seksual, dan akhirnya terjerumus kedalam pelacuran sebagai strategi survival.

Kasus di Ghana dalam pembangunan Bendung Sungai Volta, menyebabkan ribuan penduduk tergusur dari kampung halamannya. Kaum pria bisa memperoleh kesempatan kerja sebagai buruh dan kemudian menjadi nelayan. Kaum wanita yang hanya terbiasa dengan pekerjaan pertanian akhirnya tersingkir ke kota dan terjerumus pada pekerjaan hiburan dan penyediaan jasa seksual. Akibatnya banyak yang menderita penyakit menular seksual (termasuk HIV) dan meninggal akibat AIDS.

Di Thailand Utara, akibat pembangunan ekonomi dan industri yang berkembang pesat menyebabkan lahan pertanian berkurang dan wanita tergusur dari pekerjaan tradisionalnya di bidang pertanian. Sebagian besar kemudian migrasi ke kota-kota besar dan menjadi pekerja seks dan akhirnya tertular oleh HIV.

  • SITUASI HIV/AIDS DI INDONESIA :

Sampai dengan bulan September 1996, jumlah kasus HIV/AIDS mencapai 449 orang, dengan kelompok umur terbanyak pada usia 20-29 tahun (47%) dan kelompok wanita sebanyak 27%. Kelompok usia produktif (15-49 tahun) mencapai 87%. Dilihat dari lokasi, kasus terbanyak ditemukan di DKI Jakarta, Irian Jaya dan Riau.

Jumlah kasus yang tercatat diatas adalah menurut catatan resmi yang jauh lebih rendah dari kenyataan sesungguhnya akibat keterbatasan dari sistem surveilance perangkat kesehatan kita.

Permasalahan HIV/AIDS di banyak negara memang memperlihatkan fenomena gunung es, dimana yang tampak memang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah sesungguhnya.

Upaya penanggulangan AIDS di Indonesia masih banyak ditujukan kepada kelompok-kelompok seperti para pekerja seks dan waria, meskipun juga sudah digalakkan upaya yang ditujukan pada masyarakat umum, seperti kaum ibu, mahasiswa dan remaja sekolah lanjutan. Yang masih belum digarap secara memadai adalah kelompok pekerja di perusahaan yang merupakan kelompok usia produktif.

Proyeksi perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia diperkirakan akan menembus angka 1 juta kasus pada tahun 2005, dan sesuai pola epidemiologis yang ada maka jumlah kasus terbanyak akan ada pada kelompok usia produktif (patut diingat bahwa pada tahun 2003 Indonesia akan memasuki pasar bebas APEC dan membutuhkan SDM yang tangguh untuk bersaing di pasar global).

  • PENGOBATAN DAN VAKSINASI :

Pertemuan Konperensi Internasional AIDS ke XI di Vancouver bulan Juli 1996 yl melaporkan penggunaan tiga obat kombinasi (triple drugs) yang mampu menurunkan viral load hingga jumlah minimal dan memberikan harapan penyembuhan.

Kendala yang dihadapi untuk pengobatan adalah biaya yang mahal untuk penyediaan obat dan biaya pemantauan laboratorium, yang mencapai US$ 16.000 - US$ 25.000/tahun. Kendala lain adalah kepatuhan penderita untuk minum obat secara disiplin dalam jangka waktu 1,5 - 3 tahun, karena obat yang diminum secara tidak teratur akan menyebabkan resistensi.

Diperkirakan karena mahalnya biaya pengobatan, maka hanya ada 5-10% pengidap HIV yang mampu berobat dengan menggunakan triple drugs ini. Jika masalah biaya ini tidak bisa diatasi, maka adanya obat tidak akan mampu memberantas HIV/AIDS secara bermakna.

Penelitian untuk menemukan vaksi pencegahan HIV juga terus dilakukan. Biaya vaksinasi diperkirakan tidak akan semahal triple drugs. Seandainyaoun ditemukan vaksin untuk pencegahan HIV, kendalanya adalah harus dicapainya jumlah cakupan vaksinasi yang tinggi (80%) jika diinginkan dampak pemberantasan HIV. Untuk mencapai cakupan sebesar ini, diperkirakan akan membutuhkan biaya yang cukup mahal dan sulit disediakan oleh negara berkembang.

Dampak sampingan dari mahalnya obat dan ketersediaan biaya untuk pelaksanaan vaksinasi, menyebabkan munculnya isu diskriminasi baru yaitu kaya dan miskin. Pengidap HIV yang kaya akan mampu menyediakan biaya untuk triple drugs, tetapi yang miskin tetap akan mati. Negara industri kaya bisa menyediakan biaya untuk mencapai cakupan vaksinasi yang tinggi, sedangkan negara berkembang mungkin tidak akan mampu.

  • KESIMPULAN :
Upaya pencegahan tetap lebih baik dan cost-effective dibandingkan dengan upaya pengobatan. Untuk itu perlu dimasyarakatkan upaya pencegahan AIDS bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk untuk kelompok remaja-mahasiswa.

Minggu, 30 Desember 2007

LANGKAH MUDAH DALAM CHORAL SPEAKING

LANGKAH MUDAH DALAM CHORAL SPEAKING
( THE EASY STEP TO CHORAL SPEAKING )
Diterjemahkan oleh : Agustinus. S

PENDAHULUAN

Berawal dari mengikuti suatu Program yang diprakarsai oleh Pemkab Jembrana untuk mengirimkan tenaga guru ke Malaysia, khususnya guru Bahasa Inggris guna melaksanakan kursus yang dinamai “Intensive English Course” di University Of Malaya, maka penulis tertarik untuk menterjemahkan salah satu materi kursus yang dirasa oleh penulis akan sangat bermanfaat untuk pengembangan pembelajaran Bahasa Inggris di tanah air.
Tulisan ini bertujuan memperkenalkan pada guru dan siswa pada choral speaking seperti juga teks. Hal ini memberikan pemikiran terhadap bagaimana cara membawakan choral speaking tersebut. Terlepas dari semua itu, teks yang diciptakan dengan ketentuan yang telah ditetapkan akan memberikan pengalaman yang menarik dan penuh ide-ide baru bagi siswa didalam pembelajaran Bahasa Inggris. Bagi guru yang sibuk, terjemahan ini bermanfaat untuk meningkatkan pengajaran Bahasa Inggris melalui choral speaking.
Sejalan dengan proses belajar mengajar, teks dapat dipergunakan untuk tujuan pengajaran di kelas. Hal ini menambahkan suasana tersendiri dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Inggris, dengan kata lain akan memberikan rasa bahagia dan senang dalam proses belajar mengajar.
Choral speaking akan memberikan suasana yang hidup dalam pembelajaran Bahasa Inggris dan tidak akan gagal dalam membantu mempertajam keinginan siswa untuk menguasai bahasa.


HAL-HAL UTAMA

Choral speaking menawarkan suatu metodologi yang penting dalam proses belajar dan mengajar Bahasa Inggris.
Pertama, didalam menyajikan choral speaking, siswa harus menirukan suasana dalam teks tulis dan menghasilkan pengucapan yang benar. Disinilah choral speaking meningkatkan pembelajaran Bahasa Inggris.
Kedua, choral speaking membutuhkan dukungan daya ingat yang sangat baik. Untuk alasan tersebut, pengulangan-pengulangan baris dalam suatu teks membantu siswa untuk lebih memperbaiki pengucapan mereka sebaik penggunaan bahasa dalam konteks.
Ketiga, choral speaking berperan sebagai sarana sosialisasi. Hal ini mendorong percaya diri siswa yang lemah melalui aktivitas sosialisasi dalam proses penyajian choral speaking yang akan datang. Ketika siswa berada dalam kelompok choral speaking, mereka harus menyimak ucapan siswa satu dengan yang lain dengan cermat; saat inilah pembelajaran kolaboratif bekerja.
Keempat, choral speaking bisa juga dipergunakan untuk mengajar membaca, tata bahasa, dan kosakata. Sebagi contoh, untuk mengajar ‘kata kerja’, siswa akan mempelajari dan mengucapkan teks dengan kata kerja, pada saat yang sama menampilkan kegiatan seperti menggerakkan kepala, menggerakkan badan dengan berirama dan melakukan pengulangan kata yang mana sesungguhnya meningkatkan pembelajaran kata-kata.
Yang terakhir, choral speaking membantu siswa untuk mengembangkan perbendaharaan kata dan secara tidak langsung memperkaya penggunaan bahasa oleh siswa.


CHORAL SPEAKING

Apakah Choral Speaking itu ?
Choral speaking adalah suatu pertunjukan suara dari puisi, cerita atau perckapan berirama yang ditampilkan secara berkelompok.
Apakah tujuannya ?
Choral speaking menyajikan :
· Pertunjukkan berkelompok untuk membuat siswa tertarik terhadap bahasa itu.
· Pemahaman teks, tema, irama dan gagasan.
· Pengucapan yang baik dan kelancaran berbahasa.
· Penempatan siswa pada keaslian bahasa.
· Pengembangan kosakata.
· Peningkatan atau pengembangan kepercayaan diri siswa.


PENERAPAN

Langkah demi langkah.
1. Pilihlah sembarang teks yang ada.
2. Memberikan contoh membaca oleh guru akan membangkitkan daya tarik pada siswa.
3. Memperagakannya bersama- sama siswa.
4. Berbicara tentang isinya, ijinkan siswa untuk berperanserta.
5. Setelah siswa tertarik, penekanannya ada pada penghafalan teks dalam hati.
6. Buatlah variasi pada pertunjukan seperti penyusunan suara, pembicara yang berbeda-beda, gerakan tubuh, gaya, dan tinggi rendahnya suara.


BAGAIMANA CARA MELAKUKAN
( gaya Malaysia )

1. Gerakan-gerakan diperbolehkan hanya dari pundak keatas.
2. Efek seperti menggerakan badan, membuat diri mereka tinggi atau rendah melalui pergerakan pundak yang naik turun, gerakan kepala dan gerakan wajah dilakukan sesuai dengan teks.
3. Pelafalan teks boleh dibawakan oleh semua kelompok, kelompok tertentu atau perorangan tergantung daripada teks.
4. Perubahan suara seperti ringan atau berat, cepat atau lambat, pengucapan keras atau lembut atau berbisik atau berlalu, tegang atau santai, dan tinggi atau rendahnya nada harus dimunculkan secara nyata/tegas.
5. Percakapan berpuisi dan efek suara seperti angin berhembus, suara berisik, suara-suara binatang dan suara kuda yang meringkik akan membawa efek yang sangat bagus pada teks.
Contoh:
In a remote quiet kampong ( diperdengarkan suara ayam berkokok )
Far, far away ….
Dikutip dari teks “The Hungry Cave”


PERATURAN DAN TATA TERTIB

Peserta
Tim choral speaking boleh bervariasi antara 6 sampai 100 orang. Untuk sekolah-sekolah Malaysia, dari tingkat Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah, peserta yang sesuai adalah sekitar 35 sampai 40 siswa. Tim boleh terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan. Tim harus menunjuk satu pimpinan yang disebut konduktor. Konduktor dipilih dari peserta yang ikut.

Pakaian
Peserta harus menggunakan pakaian seragam sekolah.

Waktu
Pertunjukan harus berkisar antara 5 sampai 8 menit untuk Sekolah Dasar dan 7 sampai 10 menit untuk Sekolah Menengah keatas.

Materi
Segala bentuk teks boleh dipergunakan dalam pertunjukkan choral speaking. Materi diperbolehkan tulisan asli, adopsi, atau teks otentik. Materi yang dipilih tidak boleh menyentuh isu-isu sensitif seperti ras, agama atau suku.


PENUTUP

Demikianlah uraian dari terjemahan tentang choral speaking, yang merupakan salah satu materi kursus “Intensive English Course” di University of Malaya.
Semoga apa yang telah penulis terjemahkan ini bisa bermanfaat bagi perkembangan pembelajaran Bahasa Inggris di Kabupaten Jembrana khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Tak lupa penulis ucapkan kepada yang terhormat Pn. Rosnah Abd. Latif dan Pn. Hamidah Abd. Latif selaku penulis buku “Let’s Chorus The Malaysian Way (An Introduction To Literature)” yang telah memberikan ijin secara lisan terhadap terjemahan ini. Sebagi akhir kata penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran terhadap hasil terjemahan ini, guna meningkatkan mutu dan isinya. Dan juga penulis bersedia memberikan bantuan tentang choral speaking apabila terjadi kendala-kendala dalam penerapan di lapangan.